Pendidikan di SD Negeri 3 Abepura tengah terancam. Sekitar 700 siswanya terancam tak bisa mengikuti ujian semester karena pada Senin (21/11) sekolah yang berada di Jl Sekolah Abepura ini didatangi beberapa orang yang mengaku sebagai pemilik ulayat dan langsung mengusir para guru yang berada di dalam ruangan.
Karena tak ingin terjadi apa-apa akhirnya para guru yang sebagian besar perempuan ini lebih memilih keluar dan duduk di pintu gerbang.
Dilansir dari Cendrawasih Pos (Jawa Pos Group), pengusiran ini terjadi Senin pagi sekitar pukul 09.30 WIT dimana saat proses belajar mengajar tengah berlangsung, ada beberapa pemuda yang datang ke ruang guru lalu mengusir para guru keluar dari ruangan kemudian mengambil kunci ruang guru dan mengunci kemudian pergi.
Akibatnya guru-guru yang khawatir ini menyampaikan kepada kepala sekolah dan saat itu juga seluruh peserta didik dipulangkan. Hal ini dikatakan bukan kali pertama terjadi tetapi pada 4 November lalu pelaku yang sama juga melakukan hal serupa.
“Jujur kami khawatir dan merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Orang-orang ini selalu datang dan mengatakan sebagai pemilik ulayat lalu mengusir kami. Kalau begini tentu kami tak nyaman bekerja,” kata beberapa guru yang terdengar mengeluh kepada wartawan di halaman sekolah.
Kepala sekolah Eduard Rumbino menyampaikan bahwa pihaknya telah memiliki sertifikat lokasi tanah sekolah sejak tahun 1984, namun entah mengapa masih saja didatangi. Kata Eduard, para pelaku ini datang dan meminta sejumlah uang dengan mengungkit persoalan surat-surat tanah.
“Waktu 4 November mereka datang dan meminta sejumlah uang lalu sehari kemudian kunci dikembalikan dan hari ini (kemarin) mereka datang lagi,” katanya.
Ia memutuskan merumahkan 700 peserta didiknya hingga rasa nyaman itu kembali. Eduard menyebut bahwa persoalan tersebut sudah pernah disampaikan kepada Dinas Pendidikan namun tak ada tanggapan.
“Kami merasa dibiarkan sendiri padahal seharusnya mereka menjelaskan sebab kami hanya menjalankan tugas untuk mengajar, sebab soal lokasi tanah ini yang lebih paham adalah Dinas Pendidikan,” sesalnya.
“Kami sedih karena pada 5 Desember nanti ada 700 peserta didik yang akan ikut ujian semester,” tambahnya.
Sumber: www.jawapos.com
Demikian informasi yang kami sampaikan ... . Kami akan selalu memberikan berita terbaru, terhangat, terpopuler, dan teraktual yang diperoleh dari berbagai sumber yang terpercaya.
Terima Kasih atas kunjungan anda Semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat dan terima kasih. Untuk info terbaru lainnya silakan kunjungi laman kami
Mohon Dishare agar semua rekan - rekan kita tahu
Baca juga informasi terkait di bawah yang juga sangat menarik
Karena tak ingin terjadi apa-apa akhirnya para guru yang sebagian besar perempuan ini lebih memilih keluar dan duduk di pintu gerbang.
Dilansir dari Cendrawasih Pos (Jawa Pos Group), pengusiran ini terjadi Senin pagi sekitar pukul 09.30 WIT dimana saat proses belajar mengajar tengah berlangsung, ada beberapa pemuda yang datang ke ruang guru lalu mengusir para guru keluar dari ruangan kemudian mengambil kunci ruang guru dan mengunci kemudian pergi.
Akibatnya guru-guru yang khawatir ini menyampaikan kepada kepala sekolah dan saat itu juga seluruh peserta didik dipulangkan. Hal ini dikatakan bukan kali pertama terjadi tetapi pada 4 November lalu pelaku yang sama juga melakukan hal serupa.
“Jujur kami khawatir dan merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Orang-orang ini selalu datang dan mengatakan sebagai pemilik ulayat lalu mengusir kami. Kalau begini tentu kami tak nyaman bekerja,” kata beberapa guru yang terdengar mengeluh kepada wartawan di halaman sekolah.
Kepala sekolah Eduard Rumbino menyampaikan bahwa pihaknya telah memiliki sertifikat lokasi tanah sekolah sejak tahun 1984, namun entah mengapa masih saja didatangi. Kata Eduard, para pelaku ini datang dan meminta sejumlah uang dengan mengungkit persoalan surat-surat tanah.
“Waktu 4 November mereka datang dan meminta sejumlah uang lalu sehari kemudian kunci dikembalikan dan hari ini (kemarin) mereka datang lagi,” katanya.
Ia memutuskan merumahkan 700 peserta didiknya hingga rasa nyaman itu kembali. Eduard menyebut bahwa persoalan tersebut sudah pernah disampaikan kepada Dinas Pendidikan namun tak ada tanggapan.
“Kami merasa dibiarkan sendiri padahal seharusnya mereka menjelaskan sebab kami hanya menjalankan tugas untuk mengajar, sebab soal lokasi tanah ini yang lebih paham adalah Dinas Pendidikan,” sesalnya.
“Kami sedih karena pada 5 Desember nanti ada 700 peserta didik yang akan ikut ujian semester,” tambahnya.
Sumber: www.jawapos.com
Demikian informasi yang kami sampaikan ... . Kami akan selalu memberikan berita terbaru, terhangat, terpopuler, dan teraktual yang diperoleh dari berbagai sumber yang terpercaya.
Terima Kasih atas kunjungan anda Semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat dan terima kasih. Untuk info terbaru lainnya silakan kunjungi laman kami
Mohon Dishare agar semua rekan - rekan kita tahu
Baca juga informasi terkait di bawah yang juga sangat menarik
LIKE & SHARE
0 Response to "IRONIS..! Sekolah Diserbu, 700 Siswa Terancam Pendidikannya"
Posting Komentar